Pagi ini aku renungkan sebuah renungan, ku bagikan, mungkin bermanfaat, aku beri judul:
"Kehilangan Harapan"
Aku pernah salah dalam mengambil keputusan. Tetapi semua orangpun pernah melakukannya. Lalu, aku jatuh terlalu dalam pada sebuah jurang penyesalan yang hampir saja merenggut habis semua semangat hidupku, gairah untuk bahagia.
Yang aku tak tahu, apa semua orang pernah merasa se-menyesal ini?
Beberapa orang tetap percaya bahkan ketika mereka kehilangan harapan, karna disaat yang lain berkata ini akhir, mereka memaknai itu sebagai permulaan. Itu sebabnya aku tetap percaya bahwa, bukan sekarang harusnya aku kehilangan kepercayaan.
Seseorang mungkin dilahirkan tidak sempurna diluar sana, mereka tak dapat merubah keadaan mereka, tapi mereka berjuang untuk meraih bahagia. Banyak keadaan yang tak bisa mereka rubah, tapi mereka terus berharap dapat merubahnya, setidaknya, merubah hati yang tadinya murung, menjadi bersuka cita.
Mungkin perasaan ini yang dinamakan kesepian, tapi, menurutku kesepian itu kita yang ciptakan, tidak ada yang memaksamu menghabiskan waktumu untuk bicara pada hatimu sendiri, kan? Jika kamu merasa apa yang aku tuliskan benar, maka itu berarti kita sama, sama-sama merasa kesepian, lebih tepatnya, sama-sama memilih untuk merasa kesepian.
Kulihat kembali dunia pagi ini, betapa harusnya aku berbahagia saja, kedukaanku ini, hanyalah kecil penderitaan yang tidak seharusnya merenggut senyumku. Kulihat begitu banyak kepedulian yang aku acuhkan, begitu banyak yang sudah aku lewatkan. Lalu ku tanamkan sebuah bibit harapan, yang ku dapat dari sebuah renungan kemarin malam, berupa doa dan kepercayaan, berharap tumbuh besar menjadi semangat baru, dan berbuah manis semanis kebahagiaan.
"Tuhan, keajaibanmu tak dapat aku sangkal, bahkan pendewasaan ini ku dapatkan dari sebuah rasa yang terdengar menyeramkan, kesepian. Tapi, terimakasih Tuhan, karna dari sebuah rasa kesepian, aku belajar bangkit, dan bertahan"
No comments:
Post a Comment